Mengetahui Fenomena Komunikasi Politik dalam Media Sosial
Dinamika komunikasi politik dengan hadirnya Internet, menunjukkan perkembangan yang signifikan. Indikasinya terlihat pada perkembangan aktifitas komunikasi politik dalam kampanye Pemilu di media sosial. Perkembangan tersebut seperti pada kegiatan kampanye Pemilu, Pilkada dan Pilpres melalui media jejaring sosial yang terus berkembang. Meskipun media tradisional dan konvensional yang lain (media tatap muka, audio, audio visual, media cetak) terus hadir dipermukaan, namun sosialisasi melalui media sosial. (seperti facebook, tweeter, youtube dan sebagainya) tampak telah menjadi kebutuhan yang semakin berkembang.
Media sosial merupakan pengembangan media komunikasi melalui jaringan internet. Internet singkatan dari interconnectted network, membawa perubahan dalam berkomunikasi. Internet menjadi alat penyampaian pesan sangat cepat. Salah satu komunikasi melalui Internet adalah social media, seperti facebook dan tweeter.
Dengan penyebutan lain media sosial merupakan sebuah media online berbasis internet yang memberikan kebebasan pada penggunanya untuk mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual sekaligus memungkinkan pertukaran atau interaksi antar pengguna secara tidak langsung (Kelompok). Hal tersebut karena new media memiliki kemudahan untuk akses komunikasi, tidak saja secara pribadi tetapi juga yang bersifat kelompok dan massa.
Internet yang telah berkembang secara fenomenal baik dari segi jumlah host computer (computer induk) maupun dari penggunanya, kini semakin diburu orang untuk sarana sosialisasi yang cukup handal. Kecenderungan tersebut terlihat oleh banyaknya pengguna yang memanfaatkannya, baik di dalam maupun di luar negeri. Berbagai hasil penelitian yang mengindikasikan hal tersebut dapat dikemukakan, diantaranya:
Internet World Stats (2012) merilis hasil riset tentang pengguna internet di Amerika Serikat yang mencapai sekitar 900 juta pengguna dari total populasi masyarakat Amerika Serikat sendiri yang mencapai 1,5 milyar jiwa. Hal ini menunjukan bahwa pengguna new media di Amerika mencapai lebih dari 70%. Dengan melihat realitas tersebut maka dampak yang muncul dengan kehadiran internet sebagai new media sangat mempengaruhi kondisi sosial di Amerika Serikat dan dunia.
Di Indonesia, menurut survei MarkPlus (2011) mengungkap pengguna Internet di Indonesia mencapai 55 juta orang, dibanding sekitar 240 juta penduduk Indonesia diperkirakan 23% sudah terterpa koneksi internet di kota-kota besar dan hanya 4.1% yang berada di perdesaan.
Perkembangan data berikutnya sesuai survei APJII tahun lalu, 63 juta masyarakat Indonesia terhubung dengan Internet. Sebanyak 95% aktivitas populasi itu saat mengakses dunia maya adalah membuka media sosial.
Data Global Web Index Survei turut menegaskan bahwa Indonesia merupakan negara yang warganya tergila-gila dengan media sosial. Persentase aktivitas jejaring sosial Indonesia mencapai 79,72% , tertinggi di Asia, mengalahkan Filipina (78%), Malaysia (72%), China (67%). Bahkan negara Asia dengan teknologi Internet maju pemanfaatan media sosialnya rendah, contohnya Korea Selatan (49%) atau Jepang (30%). (http:// www. Merdeka.com/ diakses, 28-9-2014)
Pertumbuhan dan perkembangan pengguna internet di Indonesia yang cukup pesat tersebut, beberapa dekade ini turut mempengaruhi perubahan landcapes dunia komunikasi politik melalui media jejaring sosial.
Para komunikator politik bersemangat menggunakannya sebagai medium kampanye politiknya dengan harapan bisa menarik massa pendukung yang lebih optimal dan pada akhirnya dapat mencapai tujuan kemenangan politik yakni perolehan suara terbanyak dalam Pemilu (Pilpres).
Namun persoalan yang mengiringi pun tidak bisa diabaikan dengan munculnya dampak negatif, penggunaan media sosial sebagai sarana komunikasi tidak dibarengi dengan etika berkomunikasi yang baik. Meskipun berinteraksi di dunia maya sarat dengan kebebasan, tetapi kadang kebebasan yang diberikan tidak digunakan sebagaimana mestinya.
Disini kita memandang penting melakukan penelitian tentang fenomena komunikasi politik dalam media sosial. Permasalahannya adalah
1) Bagaimana media sosial khususnya facebook dimanfaatkan sebagai medium komunikasi politik.
2) Bagaimana penggunaan bahasa media sosial dalam proses komunikasi politik.
Disini kita mengetahui respon masyarakat dalam memberi dukungan terhadap Capres 2014 melalui facebook. Selain itu juga untuk mengetahui komunikasi politik para pendukung Capres dalam proses kampanye di media sosial. Sementara manfaat praktis dari penelitian ini ialah sebagai bahan masukan bagi pemerintah, dalam rangka pengembangan kebijakan pemanfaatan situs jejaring sosial sebagai media komunikasi politik.
Peran media sosial sebagai sarana komunikasi politik telah dilakukan baik dimanca negara maupun di Indonesia. Beberapa bukti penelitian tersebut diantaranya adalah Studi terbaru proyek Excellence in Journalisme, Pew Research Center, pada Pilpres di Amerika Serikat tahun 2008, seperti dikemukakan Direktur Project for Excellence in Journalisme, Amy Mitchell, menyatakan: kampanye pilpres Obama telah membuat sejarah, bukan hanya karena Barrack Obama orang Amerika keturunan Afrika pertama yang terpilih sebagai presiden, melainkan juga kandidat presiden pertama yang secara efektif memanfaatkan media sosial sebagai strategi kampanye utama.
Pada Pilpres 2014, pengamat media sosial PoliticaWave, dipimpin oleh pendiri PoliticaWave, Yose Rizal. Kajian dilakukan melalui enam media yaitu twitter, facebook, blog, online news dan youtube, hasilnya mengungkapkan bahwa gaya kampanye dari masing-masing kubu, mempunyai cara atau strategi yang berbeda. Di tim Prabowo – Hatta, sistem komunikasi lebih terstruktur dan terorganisir. Komunikasi biasa dimulai dari akun official terkait partai atau pengurus partai.
Terdapat keseragaman dalam berkomunikasi dan menjawab isu. Sementara tim Jokowi – JK tidak diorganisir secara baik oleh partai. Kekuatan komunikasi Jokowi – JK di media sosial justru didukung oleh banyak grup relawan. Namun sejak debat pertama, terlihat antar kelompok relawan sudah berkomunikasi dan bersinergi dengan lebih baik. Salah satu indikatornya pada semua debat, dukungan netizen terhadap pasangan Jokowi – JK lebih besar dari pada Prabowo–Hatta. (www.merdeka.com/peristiwa/ini-beda. diakses, 17-82014)
Leave a Reply