Pentingnya Peran Media Sosial dalam Kampanye Politik
Maraknya traffic penggunaan media sosial sudah bukan hal yang baru di Indonesia. Sejak mengalami booming di tahun 2012, keterikatan masyarakat terhadap media sosial semakin meningkat. Media sosial yang awalnya hanya digunakan sebagai media untuk bersosialisasi dengan teman dan kerabat dekat, kini mulai menembus komunikasi antara individu dengan institusi.
Melihat fenomena ini, partai politik dan kandidat mulai melirik media sosial sebagai suatu alat untuk berinteraksi dengan konstituennya, termasuk untuk mempromosikan produk mereka. Bahkan, menjelang Pemilu Legislatif, Partai Politik mulai gencar membuat akun untuk melakukan kampanye terhadap partai dan caleg mereka.
Kekuatan media sosial untuk mempengaruhi masyarakat didasarkan secara eksklusif pada aspek sosialnya: ini berarti interaksi dan partisipasi. Dalam beberapa studi yang berbeda dari kebiasaan voting warga – sejak investigasi Lazarsfeld klasik pada 1940-an – hasil menunjukkan bahwa keputusan voting tidak biasanya didasarkan pada satu langkah komunikasi. Lebih penting adalah dua langkah komunikasi, yang berarti percakapan dengan pemimpin opini, kolega, teman dan kenalan yang dapat mengkonsolidasikan baik atau melemahkan pendapat pemilih (Social media – The New Power Of Political Influence Version 1.O Ari-Matti Auvinen Centre for European Studies).
Trend kecenderungan ini bermulai setelah adanya evolusi Internet. Internet modern sering disebut “Web 2.0”. Komponen utama dari Web 2.0 adalah media sosial yang berbeda dan komunitas web sosial. Diciptakan oleh Tim O‟Reilly pada tahun 2005, istilah “Web 2.0” hanyalah sebuah nama untuk evolusi komunikasi berbasis internet, dan itu menunjukkan bahwa jaringan dan interaksi elektronik telah maju ke tingkat berikutnya (O´Reilly, T. What is Web 2.0? – Design Patterns and Business Models for the Next Generation of Software http://oreilly.com/web2/archive/ what-is-web-20.html.
Teknologi berbasis web telah menciptakan banyak kesempatan untuk komunikasi eWOM. komunikasi eWOM mengacu pada pernyataan positif atau negatif dibuat oleh potensial, aktual, atau mantan pelanggan tentang produk atau organisasi, yang dibuat tersedia bagi banyak orang dan lembaga melalui Internet. komunikasi eWOM – melalui situs media sosial – memungkinkan konsumen untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan barang dan jasa tidak hanya dari beberapa orang yang mereka kenal, tetapi juga dari luas, kelompok geografis orang,yang memiliki pengalaman produk atau jasa yang relevan.
Kampanye presiden Barack Obama tahun 2008 AS telah sering digambarkan sebagai kampanye pemilu pertama di mana penggunaan media sosial memiliki dampak yang menentukan. Inti dari kampanye berbasis web adalah yang dirancang dengan baik, fleksibel dan dinamis website, “my.barackobama.com” (Social media – The New Power Of Political Influence Version
1.O Ari-Matti Auvinen Centre for European Studies) .
Sebuah survei yang diselenggarakan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mengungkapkan bahwa jumlah pengguna internet di Indonesia tahun 2012 mencapai 63 juta orang atau 24,23 persen dari total populasi negara ini. Tahun depan, angka itu diprediksi naik sekitar 30 persen menjadi 82 juta pengguna dan terus tumbuh menjadi 107 juta pada 2014 dan 139 juta atau 50 persen total populasi pada 2015.
Kepala Departemen Pendaftaran Internet Nasional APJII Valens Riyadi mengatakan, angka penetrasi internet terhadap populasi menyebar rata di sebagian besar wilayah Indonesia. APJII menyelenggarakan survei melalui wawancara dan kuisioner untuk memperoleh gambaran pengguna internet di Indonesia. Survei dilakukan di 42 kota di 31 propinsi antara April hingga Juli 2012, dengan jumlah responden 2.000 orang yang berasal dari ketegori umur 12-65 tahun, status ekonomi sosial A-C.
Kampanye pada dasarnya adalah penyampaian pesan –pesan dari pengirim kepada khalayak. Pesan-pesan tersebut dapat disampaikan dalam berbagai bentuk mulai dari poster, spanduk, papan reklame, pidato, iklan diskusi,sehingga selebaran.
Pemanfaatan media sosial, khususnya facebook dan twitter, di kalangan parpol memang masih belum optimal. Untuk kategori organisasi politik, “follower” (pengikut) terbanyak di akun twitter parpol hanya tembus di angka 42.875, yaitu Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di akun @PKSejahtera. Sedangkan untuk aktivitas ‘kicauan’ paling sering adalah Partai Gerindra, @Gerindra, dengan jumlah “tweet” 12.947.
Dari hasil pantauan, PDI Perjuangan (@PDI_Perjuangan) memiliki 12.541 follower, Partai NasDem (@DPPNasDem) memiliki 7.052 follower, Partai Demokrat (@PDemokrat) memiliki 6.884 follower, Partai Hanura(@PartaiHANURA) memiliki 2.583 follower, Partai Golkar (@Golkarku) memiliki 8.151 follower dan Partai Bulan Bintang (@BulanBintangOrg) memiliki 260 follower.
Dari ke-12 partai politik nasional peserta Pemilu 2014, ada empat parpol yang tidak memiliki akun Twitter resmi, yaitu Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Keadilan dan Persatuan (PKPI). Namun, keempat parpol tersebut tercatat memiliki laman akun facebook dengan jumlah penyuka PAN sebanyak 3.435, PKB sebanyak 39, PPP sebanyak 4.285 dan PKPI sebanyak 124.
Dengan berkembangnya teknologi internet dan banyak penduduk di indonesia menggunakan internet serta mempunyai media sosial seperti facebook, twitter, blog dan youtube, Hal ini menjadi jelas bahwa alat online memainkan peran penting dalam membentuk opini publik dan pengaturan agenda politik.
Politisi, warga dan wartawan semakin mengadopsi media sosial baru seperti Twitter , Facebook dan Youtube untuk mendukung tujuan-tujuan politik mereka , baik itu untuk terlibat dengan para pemangku kepentingan lainnya dalam ruang publik politik , kampanye , menyebarkan atau mengambil informasi , atau berkontribusi terhadap perdebatan rasional – kritis .
Menguasai komunikasi publik adalah salah satu kunci untuk memenangkan kompetisi di dunia politik, dan saat ini salah satu chanel yang efektif adalah media sosial. Gerakan atau kegiatan politik dengan memanfaatkan media sosial juga kini banyak di gunakan oleh para politisi di Indonesia, seperti pada saat pilkada di Jakarta beberapa waktu lalu yang akhirnya dimenangkan oleh Jokowi dan Ahok. Kemenangan tersebut juga di tunjang dengan handalnya kampanye di media sosial.
Comment (1)
[…] persoalan yang mengiringi pun tidak bisa diabaikan dengan munculnya dampak negatif, penggunaan media sosial sebagai sarana komunikasi tidak dibarengi dengan etika berkomunikasi yang baik. Meskipun berinteraksi di dunia maya sarat […]