Cara Menarik Simpati Pemilih Dalam Kampanye Politik
Masing-masing pemilu memiliki karakter dan rasa yang berbeda dalam proses pemenangannya. Pilpres karakter dan rasa nya lain dengan pilgub, Pilkada, pileg DPR RI atau Pileg DPRD I. Dari sisi jangkauan, dari sisi kekuatan yang dominan bisa mempengaruhi, dari jumlah pemilih, dsb.
Dari sisi personal, saya lebih menikmati proses pemenangan PILEG DPRD II. Atau karena memang saya yang belum pernah terlibat langsung dalam mengelola pemenangan di PILPRES, PILGUB, Pileg untuk Caleg DPRD I. Terlibat di TIM pemenangan PILKADA pernah, meski manajemen puncaknya menurut saya, gak banyak evaluasi yang menyentuh strategi keseluruhan.
Termasuk juga saat evaluasi bersama PASLONnya langsung di sebuah Hotel, ampun dah. Gak ada sisi esensi yang dibongkar. Gak ada evaluasi mana sisi-sisi yang kurang dalam pelaksanaan pemenangan, mana sisi yang lebih dan harus terus di kembangkan.
Yang ada hanya membahas siapa tim, sudah berapa estimasi suara yang berpotensi. Dan pemenangan yang aneh. Tak ada logistik meski hanya untuk pertemuan sosialisasi kecuali saat ada paslon.
PILKADA jangkauannya semua dapil-daerah pemilihan Tapi kalau pileg DPRD II Hanya satu dapil. Inilah nyamannya. Persaingan tidak ada dalam tatanan PARTAI yang begitu kencang tapi lebih kepada persaingan antar caleg.
Mereka sibuk memikirkan bagaimana meraih suara terbanyak dan menang. Dan tugas partai tak mungkin sibuk mengurus dan berpihak hanya kepada satu caleg. Kecuali mendukung kepada salah satu dengan sembunyi-sembunyi. Tapi pastilah bila berat ke slah satu akan tertangkap radar pula akhirnya.
Bagaimana cara yang tepat membangun POPULARITAS anda di pileg?
Ada terkenal, ada dikenal. Harus agak halus nih memahami dua kata ini karena mirip dan terkesan sama. Padahal beda jauh. Terkenal belum tentu dikenal.
Terkenal. Sentuhannya di wilayah publik luas, massa. Nama, ciri fisik, profesi (artis, pembalap, penyanyi, dll), inilah biasanya yang dikenal di tengah-tengah massa. Perilaku, dll, dikenal hanya dari cangkang atau tampak, bisa jadi hasil bikinan, rekayasa media, setingan panggung. Kenalnya tidak terlalu dalam, mungkin belum pernah ketemu tapi hanya kenal dari media. Kunci utama ada di media massa.
Di Kenal, Sentuhannya lebih bersifat individu. Meskipun publik tapi jumlahnya bisa terhitung. Dikenal di tengah-tengah mereka bukan hanya Nama, ciri fisik, profesi (artis, pembalap, penyanyi, dll). Perilaku, gaya bicara, kehangatan berkomunikasi, bagaimana berinteraksi, bisa diamati langsung. Atau mungkin awalnya hanya oleh tim sukses tapi bisa dilanjut dengan mendatangi mereka dan berinteraksi. Ada kemungkinan bisa mendatangi mereka semua sesuai dengan titik kumpul terdekat di wilayah yang akan di kunjungi. Hubungan yang dibangun adalah hubungan interpersonal. Kunci utama ada di sosialisasi langsung caleg.
Maka disini ada rumus yang bisa di gunakan. “Terkenal belum tentu Di Kenal. Terkenal belum tentu di pilih. Di kenal ada kemungkinan di pilih”
Berikut ini mungkin ingin anda terapkan dalam pemenangan anda khususnya untuk mendongkrak Popularitas, karena efeknya lebih besar bisa mempengaruhi Daya AJAK menjadi lebih kuat.
Berikut hal yang perlu diterapkan dalam pemenangan untuk mendongkrak Popularitas
Bangun popularitas melalui mulut ke mulut TIM SUKSES. Jalankan 8 fungsi tim sukses diantaranya adalah ‘bangun opini/citra’. Bagi yang sudah kenal maka lebih ringan karena hanya perlu langkah penguatan saja. Ini sebagai langkah pembuka. Lakukan oleh TIM SUKSES di sekitar tempatnya tinggal atau orang-orang yang ada kedekatan dengan tim. Susul dengan penguatan, dengan mendatangkan caleg untuk presentasi. Ada presentasi yang pernah kami lakukan saat jadi ketua tim sukses, dan sepertinya efektif. Nanti saya bahas khusus.
Di Pileg DPRD II, Media Massa tidak terlalu memiliki peran besar. Maka menempuh cara membombardir via udara ibarat membakar uang anda sia-sia.
Gunakan Facebook, atau WA. Untuk komunikasi dan untuk berbagi info. Gunakan setidaknya untuk 2 fungsi. Internal : Untuk jalur informasi, komunikasi dan koordinasi; Rekrutmen dan menggerakkan. Eksternal : Untuk rekrutmen, membangun audien udara. Tapi ini jangan jadikan andalan tapi sebagai pelengkap atau pembuka jalan untuk mendatangi mereka.
Di PILEG tugas besarnya adalah membangun ‘PEMILIH SAYA’ bukan’PEMILIH’.
‘PEMILIH SAYA’ maka ini adalah Audien Anda, cenderung pemilih potensial. Maka anda menempatkan mereka sebagai mitra. Orang yang mencoblos Anda nanti di pileg. Ia bagian dari anda. Berkat mereka anda mendapat suara. Maka dari itu pula anda menjadi jelas memiliki objek, siapa ‘pemilih anda’, yang harus menjadi lahan untuk anda perjuangkan.
Memang anda wakil rakyat tetapi ketika anda tidak bisa melihat secara jelas tapi samar siapa yang menjadi audien anda, maka anda pun menjadi ngambang, siapa dalam jabatan anda sebagai legislatif yang harus menjadi bagian utama untuk diperjuangkan? Anda wakil rakyat dan bukankah audien anda juga adalah rakyat.
Dari pada tidak ada motivasi untuk memperjuangkan siapa, dan daripada anda salah sasaran siapa yang harus menjadi bagian perjuangan anda sebagai ALEG. Bukankah audien anda adalah pihak yang sudah jelas-jelas mendudukkan anda jadi ALEG. Dan ini memiliki efek banyak ke segalah arah secara positif untuk anda.
Yang perlu diperhatikan adalah anda jangan sampai dianggap ‘KACANG LUPA KULIT’ ini bumerang dan berbahaya buat anda, buat kehidupan sosial anda. Jangka panjang. Dan mungkin selama umur hidup anda. Anda punya merk yang tertanam namun merek buruk ditengah-tengah audien anda dan siap-siap keburukan itu akan menyebar luas dan cepat menelikung anda. Saya harap ini tidak menimpa anda.
‘PEMILIH’. Dalam hal ini caleg menganggap calon pemilih hanya sekedar target kampanye. Biasanya disinilah transaksi Pragmatis terjadi. Tidak ada ikatan psikologis, ikatan batin. Anda jual kami beli. Transaksional. Anda dan saya. Masing-masing. Tak ada keterikatan rasa.
Maka pada saat menang tak ada kebanggaan. Caleg tidak bangga atas kemenangannya, pemilh juga tak bangga bahwa ia sudah menjadikan caleg mendapat kursi. Maka muncullah bingung saat menjadi ALEG.
Bingung siapa yang hendak ia perjuangkan selain kata yang sangat ‘kamuplase’ selain kata yang sangat ‘politik’, yakni ‘rakyat’. Ia tidak bisa melihat dengan kejujuran hati setidaknya dengan rasa hutang budi, siapa yang akan di perjuangkan. Yang ia tahu sebentar lagi harus berjuang supaya BALIK MODAL. Itu saja sudah lebih dari cukup. Atau mungkin bisa ketagihan.
2. Spanduk juga bukan cara efektif membuat caleg dikenal. Selain baligo-baligo saling tumpang-saling tindih berebut lokasi pemasanga, berantem di satu pohon. Uang habis banyak untuk mencetak.
TAPI gak penduduk yang memperhatikan. Sedih kan. Maka cara ini sebaiknya mulai ditinggalkan. Alihkan anggarannya untuk strategi lain yang lebih mengena. Sepi di pohon dan di jalan tak mengapa TAPI ramai di benak calon peilih. Asyikkkk.
Gak usah jauh-jauh deh. Tanya diri kita sendiri. Berapa caleg yang anda hafal dari spanduk-spanduk yang terpasang di sepanjang jalan?
Ini sangat efektif dan mengena sekaligus kebanggaan. Daripada membuat baligo, sepanduk, dsb, lalu dipasang dijalan-jalan dan kemudian dicampakkan. Lebih baik membuat poster-poster bersama tim sukses. Hanya saja harus diatur dengan baik.
– Poster bersama mungkin seluruh tim sukses anda.
– Poster anda bersama tim manajemen/administrasi.
– Poster anda bersama tim kecamatan
– Poster anda bersama tim desa
– Poster Anda bersama (mungkin sebagian) pemilih anda per desa. Satu Desa membuat beberapa titik potensial pemilih untuk di posterkan.
Maka gunakan handphone anda untuk keperluan ini.
Manfaatkan juga medsos untuk memampang kegiatan anda. Dan foster-foster ini.
Leave a Reply