Social Media Sebagai Alat untuk Menangani Manajemen Krisis [Studi Kasus]
Resume :
Studi ini membahas tentang efek media sosial pada komunikasi krisis yang langka atau jarang ditemukan. Penelitian ini berusaha untuk menjembatani kesenjangan/perbedaan dan memberikan wawasan bagi organisasi untuk digunakan dalam mengelola komunikasi krisis saat ini. Data untuk studi awal ini didasarkan pada wawancara profesional public relations dan sejarah kasus dari Malaysia Airlines MH 370 yang mengalami krisis. Ditemukan bahwa media sosial secara substansial atau mendasar mempercepat dalam kebutuhan krisis komunikasi dengan mengubah praktek krisis komunikasi, dari bagaimana krisis dilaporkan dan dikelola oleh organisasi. Studi ini juga mengusulkan strategi bahwa organisasi dapat menerapkan dan juga mempersiapkan untuk mengelola elemen media sosial dari krisis.
Hilyard dan Freimuth (2009) menyebutkan bahwa media sosial telah membawa perubahan perilaku komunikasi dan praktek komunikasi. Ini juga memiliki implikasi yang mendalam terutama di ranah krisis komunikasi dan telah secara radikal mengubah persepsi komunikasi perusahaan selama beberapa tahun terakhir dengan karakteristik seperti kedekatan, terdapat dimana-mana, dan ketersediaan (Argenti, 2006).
Dalam penelitian ini ditetapkan tiga pertanyaan penelitia untuk menyimpulksn efek dari media sosial pada krisis komunikasi organisasi MH 370 dengan tujuan untuk lebih memahami dampak dari krisis komunikasi mereka. Tahap selanjutnya para peneliti juga mengeksplorasi tentang bagaimana media sosial dapat membantu praktek dengan menyediakan pemangku kepentingan dengan sumber daya yang siap untuk memahami krisis.
Media sosial adalah istilah yang luas yang mencakup beberapa jenis media baru dan praktek komunikasi. Dykeman (dikutip dalam Wigley & Zhang, 2011) menggambarkan media sosial sebagai tempat bagi manusia untuk menggunakan Internet dan alat berbasis mobile untuk berbagi dan membahas informasi. Marchese (dikutip dalam Wigley Zhang, 2011) berpendapat media sosial berbeda dari media tradisional karena cara informasi ditemukan, didistribusikan dan dikonsumsi berbeda. Media sosial berbeda dari media tradisional karena lebih murah dan lebih mudah diakses (dikutip dalam Wigley & Zhang, 2011). Whittaker, dan Schwarz (2000) menyebutkan era saat ini dengan Era Informasi Semua orang bisa mengakses berita dalam berbagai format di beberapa platform pada banyak perangkat. Seperti secara online, konsumsi berita dan bahkan pelaporan berita menjadi pengalaman sosial. telah ada peningkatan secara dramatis dalam jurnalisme-yang mana adalah pengguna web yang bukan jurnalis profesional, memberikan kontribusi langsung untuk produksi
berita harian (Landau, 2011).
Media sosial adalah media yang tidak boleh diabaikan. Jutaan orang menggunakan media sosial di seluruh dunia. Media sosial tidak lagi terbatas hanya pada kaum muda yaitu generasi Y dan generasi Z. Baby boomer (generasi X) secara khusus mengacu pada orang dewasa yang lebih tua untuk menggunakan media sosial, namun tingkat penggunaan media sosial di antara orang dewasa yang lebih tua tumbuh eksponensial atau tetap (Madden, 2010). Sebagai hasil dari popularitas media sosial di seluruh generasi, media sosial menjadi tempat populer untuk pemasaran, perekrutan, dan pengembangan bisnis dan menjadi aplikasi bisnis yang bergunauntuk media sosial (Weber, 2007), tetapi parameter lain yang tidak boleh diabaikan dalam kerangka ini adalah krisis komunikasi. Sosial media menambahkan elemen baru untuk krisis komunikasi yaitu kecepatan dan banyaknya peserta. Ada tiga hal memungkinkan pembuat/penggiat krisis dan manajer krisis untuk berkomunikasi dengan kecepatan yang luar biasa. Menariknya, Krisis dapat dibuat di media sosial, dan mereka dapat menyebar di media sosial. Schultz, Utz, dan Goritz (2011) menemukan bahwa blog organisasi dan halaman Twitter dapat menjadi sarana yang sangat efektif untuk krisis komunikasi.
Penelitian ini menjelaskan efek media sosial pada krisis komunikasi melalui analisis searah dari pesawat yang hilang MH370 terakhir 8 Maret 2014 yang terbang dari Kuala Lumpur ke Beijing dan wawancara dari praktisi public relations.
Pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan melakukan sebuah survei online dilakukan untuk menyelidiki praktisi PR dalam & penggunaan media sosial untuk manajemen krisis yang dilakukan dari bulan Maret hingga April 2014. Responden diundang oleh peneliti melalui e-mail. Responden diwawancarai tentang krisis komunikasi dan media sosial. Para peserta masing-masing menjalani wawancara dan mendapat tujuh pertanyaan umum tentang Krisis komunikasi sosial media.
Penelitian ini mengangkat kasus Malaysia Airline Sistem MH370. Beberapa alat online yang digunakan untuk mengukur untuk situs misalnya web, blog dan twitter. Untuk melengkapi data kuantitatif ini, Wawancara mendalam semi terstruktur ini terdiri dari delapan profesional public relations. Semua peserta menjalani wawancara telepon yang berlangsung 40 sampai 60 menit. Delapan orang (enam perempuan dan dua laki-laki) diwawancarai untuk penelitian ini. Mereka adalah orang yang ahli di bidang hubungan masyarakat. Semua wawancara dilakukan pada tanggal 15 Maret 2014 dan 28 Maret, 2014.
Tiga tema yang muncul diidentifikasi dari analisis data wawancara adalah:
1: Media sosial adalah mengubah krisis komunikasi krisis karena ciri-cirinya
2: Prinsip-prinsip dasar komunikasi harus diterapkan untuk media sosial
3: Komunitas online 'harus mematuhi prinsipkomunikasi dalam media
Temuan dalam penelitian ini antara lain :
Tema 1: Media sosial adalah mengubah krisis komunikasi krisis karena ciri-cirinya (kedekatan,
luas, dan kemudahan).
Dua perubahan besar media sosial disepakati oleh para peserta yaitu kecepatan dan kehilangan kontrol. Sehingga para peserta sepakat bahwa media sosial menjadi kekuatan yang besar untuk menangani krisis komunikator. Para Peserta mencatat bahwa:
… dengan koneksi internet, media sosial memungkinkan kita untuk berkomunikasi dengan satu orang dan juga kelompok masyarakat. Pada tingkat yang lebih besar, media sosial telah mengubah proses komunikasi eksternal lebih cepat. Kecepatan dalam media sosial telah dicatat oleh sebagian besar peserta.
Peserta C mencatat bagaimana media sosial telah membuat "upaya bersama dan berbagi data pada waktu yang sangat cepat dan lebih nyata.
Peserta E mengatakan efek dari media sosial media sosial memiliki superpower dalam menyampaikan pesan dengan kecepatan yang luar biasa dan media sosial telah memiliki dua efek atau pengaruh pada komunikasi krisis. Pertama memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan pesan mereka kepada pengguna akhir dan stakeholder dengan sangat cepat dan kedua sangat mudah untuk membuat informasi yang salah lalu berkembang, Tema Dasar prinsip komunikasi harus diterapkan untuk media sosial.
Peserta B mengatakan baik ketika mencatat: secara tradisional bagaimana media cetak bekerja …. Mereka punya berita dan bahkan jika mereka tidak bisa mempublikasikan di koran, mereka dapat mempubliaksikan melalui media lain seperti pamflet, newsletter. Sekarang berlaku untuk komunitas online, netizens, orang yang menulis di blog … mereka melakukan hal yang sama. Hanya berbeda dalam media yang digunakan! Bahkan hanya membutuhkan waktu satu detik atau bahkan kurang untuk mendistribusikan pesan / berita.
Tema 3: berita Komunitas online harus mematuhi prinsip-prinsip komunikasi Public relations yang baik bisa mengakomodasi krisis dan mengantisipasi bagaimana media sosial akan mempengaruhi sebuah krisis. Jika public relations dapat mengantisipasi efek dari media sosial , maka mereka juga harus mampu bereaksi terhadap media sosial selama krisis, Cara terbaik untuk mengantisipasi efek media sosial dan bereaksi terhadap media sosial dalam krisis adalah untuk terlibat media sosial (Landau, 2011).
Peserta D mencatat, kita harus mengintegrasikan media sosial sebagai bagian dari media dalam saluran komunikasi organisasi.
Kesimpulan
Hari ini, media sosial telah menjadi bagian integral dari perilaku komunikasi dan organisasi tidak bisa mengabaikan media sosial dalam komunikasi krisis mereka lagi. Dengan kehadiran media sosial yang terintegrasi dan tertanam dalam kehidupan kita sehari-hari, bidang komunikasi seperti komunikasi internal, eksternal dan perusahaan juga telah merevolusi.
Analisis
Kemunculan media sosial sebagai dampak dari pesatnya perkembangan internet, merubah metode kerja praktisi public relations dengan menyediakan cara baru yang efektif dalam membuat sebuah pesan komunikasi. Sebagai bagian dari dunia digital, praktisi public relations harus meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi secara online. Penetrasi internet di dunia telah menumbuhkan jaringan social yang luas, Situasi dimana publik menjadi lebih dinamis dan semakin pintar dalam meningkatkan kemampuan bertukar informasi, sedangkan internet hanya menjadi penyedia data dan informasi dunia.
Media sosial sebagai situasi dimana masyarakat mampu berkomunikasi secara online. Bentuk komunikasi tersebut memberikan kesempatan publik untuk berdialog terbuka di media sosial secara real time dengan mereka yang terhubung langsung secara online. Semakin dalam memahami konsep media sosial, maka kita akan melihat media sosial sebagai sebuah percakapan dimana semua orang terlibat di dalamnya dan menjadi bagian dari percakapan tersebut.
Pertumbuhan sosial media menjadi peluang bagi praktisi PR untuk memperluas sarana kerja. Indikator penilaian dari sosial media bukan hanya perihal yang dapat dilihat seperti tanggapan (feedback) tetapi dampak yang diberikan dari kegiatan public relations Perubahan pola komunikasi akibat perkembangan internet, mengharuskan praktisi public relations untuk menempatkan diri pada kondisi yang sekarang. Kondisi ini mendorong terciptanya sebuah model komunikasi public relations yang baru.
Hanya membutuhkan hitungan detik informasi dapat disebarkan secara bersama-sama. Dengan adanya sosial media setiap orang dapat menyebarkan dan mendapatkan informasi dengan cepat tanpa harus mengikuti aturan jurnalistik, seperti penggunaan website. Sosial media menjadi cara yang tepat untuk menyebarkan informasi karena kemudahannya, kecepatannya dan murah. Seperti yang sudah dilakukan dalam penelitian diatas bahwa sebagian besar para peserta dalam wawancara menyimpulkan sosial media sangat penting untuk berbagi serta menyebarkan informasi karena kecepatan dan kemudahannya.
Diperlukan strategi dan manajemen dalam menangani isu untuk meminimalkan dampak negatif yang mungkin terjadi. Di era digital, media sosial menjadi alat kerja baru bagi praktisi humas dalam menyampaikan pesan kepada publik ketika isu melanda perusahaan.
Dalam penelitian diatas menyimpulkan dampak sosial media dari kasus Malaysia Airline Sistem MH370 yang hilang pada tanggal 8 Maret 2014 yang terbang dari Kuala Lumpur ke Beijing. Telah di simpulkan bahwa kehadiran sosial media sudah merubah cara kerja seorang public relations dalam mengantisipasi dan menangani krisis yang terjadi dalam suatu perusahaan. Banyak paltform yang dapat digunakan oleh praktisi public relation dalam mengantisipasi dan menanggulangi krisis di perusahaan melalui sosial media seperti penggunaan twitter, website dan berbagai platform sosial media lainnya.
Leave a Reply