Pengertian Dan Cara Membangun Personal Branding
Pengertian dan cara membangun personal branding – Pada masyarakat saat ini, pencitraan diri merupakan hal penting dalam membentuk identitas diri seseorang dalam masyarakat sosial. Pencitraan seseorang secara visual terbentuk dari bagaimana ia berpenampilan, yang meliputi cara berpakaian, bersikap, dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Pencitraan diri menjadi personal branding, pembentukan cerminan jati diri seseorang yang sering kali dikaitkan dengan kualitas kemampuan dan kapabilitas profesional seseorang. Dalam arus perkembangan teknologi informasi dan media komunikasi saat ini, pencitraan dapat terjadi dalam ruang dan waktu nyata maupun dalam ruang representasi virtual seperti media sosial.
Dengan semakin mendekatnya kehidupan masyarakat dengan gadget dan teknologi, masyarakat di Indonesia dari berbagai profesi semakin membutuhkan terbentuknya pencitraan melalui media komunikasi virtual. Semakin dekat diri dan lingkungan sosial dan profesional dengan komunikasi cepat melalui layar media teknologi, semakin tinggi pula kebutuhan akan pembentukan citra diri di ruang virtual. Jika ingin membangun personal branding yang lebih cepat dan efektif di era digital seperti sekarang ini kita dapat menggunakan jasa personal branding yang sudah berpengalaman.
Penghadiran diri ini muncul dalam berbagai bentuk. Untuk kebutuhan sosial dan profesional, seorang pemilik akun akan menampilkan hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas dan ketertarikannya pada bidang tertentu, termasuk hasil karya kreatif di ruang publik. Semakin banyak interaksi dengan pemilik akun lain melalui karya itu, semakin pencitraan diri pemilik akun terbentuk.
Masyarakat Indonesia dikenal sebagai pengguna aktif media sosial. Namun media sosial saat ini belum banyak secara sadar digunakan untuk personal branding. Hal ini patut disayangkan, karena media sosial membuka peluang besar bagi pembentukan personal brand yang dapat memberikan dampak positif bagi perkembangan profesi anak bangsa.
Terbukanya jalur komunikasi interaktif secara aktif di media sosial, dan fitur-fitur yang dapat menampilkan identitas, data diri, foto dan video, merupakan peluang yang terbuka yang harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk mengembangkan industri kreatif dan brand insan kreatif di Indonesia.
Personal Branding berasal dari kata personal (Eng) yang berarti pribadi, dan branding (Eng) yang berarti membuat brand atau merek. Jadi personal branding adalah aktivitas yang dilakukan seseorang dalam membentuk personal brand. Dalam dunia usaha, brand didefinisikan sebagai persepsi atau emosi yang dimiliki oleh calon pembeli yang didapat melalui berbagai pengalaman pembeli terhadap produk tersebut.
Apabila definisi tersebut diaplikasikan dalam konteks personal, personal brand adalah persepsi dan emosi yang dimiliki oleh orang lain terhadap diri personal seseorang yang mendefinisikan secara menyeluruh pengalaman dalam relasi antarpersonal tersebut.
Personal branding didasarkan atas nilai-nilai kehidupan dan memiliki relevansi tinggi terhadap siapa sesungguhnya diri seseorang. Personal branding menjadi merek atau brand pribadi seseorang, yang menempel di benak orang lain pada saat berpikir tentang diri orang tersebut, dan membuat seseorang unik dan berbeda dengan orang lain. Menurut McNally dan Speak, terdapat 3 (tiga) dimensi utama pembentuk personal branding, yaitu: (a) Kompetensi atau kemampuan individu, (b) Gaya atau style personal, dan (c) Standar personal seseorang.
Penyampaian sebuah personal brand harus secara konsisten dan terus-menerus. Visibility menjadi lebih penting daripada kemampuan (ability). Untuk menjadi visible, seseorang harus mempromosikan dirinya, menggunakan setiap kesempatan untuk memasarkan dan memperoleh keuntungan bagi dirinya. Oleh karena itu, kehidupan pribadi seseorang di balik personal brand yang dibangun harus sejalan dengan etika moral dan sikap yang telah ditentukan oleh personal brand tersebut.
Kehidupan pribadi menjadi cerminan dari citra yang ingin ditanamkan dan ditampilkan dalam personal brand. Dalam perjalanan kehidupan pribadi seseorang, personal brand membutuhkan waktu untuk tumbuh dan berkembang, sehingga dalam setiap tahapannya personal brand harus konsisten dan teguh dari awal pembentukannya.
Sebuah personal brand yang baik akan memberikan hasil yang baik dan bertahan lebih lama, jika seseorang secara terus-menerus dipersepsikan oleh orang lain dengan cara yang positif. Sosok personal tersebut harus diasosiasikan dengan sebuah nilai atau ide yang diakui secara umum memiliki nilai positif dan bermanfaat.
Menurut Marisqa Debora dari MarkPlus Institute, langkah awal dalam membentuk personal branding di media sosial adalah menentukan PDB (Positioning, Differentiation, Branding). PDB merupakan satu kesatuan yang saling mendukung personal branding seseorang. Positioning, merupakan identitas yang jelas ingin ditanamkan dalam benak orang lain terhadap diri seseorang.
Positioning menjadi jelas apabila diperkuat dengan diferensiasi yang unik dan kokoh dari seseorang. PDB akan menjadi identitas seseorang yang terbangun di benak orang lain dan menjadi cerminan citra diri profesional seseorang (www.the-marketeers.com).
Media sosial digunakan untuk beragam keperluan, yaitu
(a) Sosial, termasuk tujuan komunikasi, mengirimkan pesan, posting status, foto, dan berita,
(b) Rekreasional, termasuk untuk iseng dan hiburan,
(c) Bisnis, termasuk untuk promosi produk dan jasa, serta membangun relasi,
(d) Lain-lain. Meskipun demikan, tujuan penggunaan media sosial seringkali tidak dapat terdefinisikan secara pasti oleh responden. Responden yang menggunakan foto profil yang berbeda pada media-media sosial yang dimilikinya, cenderung memiliki preferensi pada salah satu foto profil yang digunakan.
Jenis foto profil yang digunakan terdiri dari foto diri, foto diri bersama orang lain, dan image atau gambar lain. Penggunaan foto diri oleh responden pada jejaring sosial yang paling banyak diakses, dengan alasan sebagai identitas diri agar orang lain yang melihat responden di akun tersebut dapat mengenali dengan jelas wajah responden secara jelas.
Meskipun demikian, tidak seluruh responden yang memiliki kesadaran memanfaatkan media jejaring sosial untuk personal branding secara sadar memiliki foto profil yang sesuai untuk kebutuhan tersebut. Sebanyak 69% responden secara sadar memilih foto profil pada jejaring sosialnya untuk menyampaikan personal brand, dan 31% responden tidak secara sadar memilih foto profil yang digunakan untuk kebutuhan tersebut.
Berdasarkan ragam objek foto profil, terdapat 2 (dua) kategori umum, yaitu (a) Foto diri dan (b) Image/gambar lain. Foto diri merupakan foto pemilik akun yang menjadi representasi tampilan diri pemilik akun, sedangkan image atau gambar lain adalah gambar-gambar yang digunakan oleh pemilik akun sebagai representasi citra dirinya. Foto profil yang menggunakan image atau gambar tertentu lebih menonjolkan kreativitas dan ekspresi tidak langsung dari responden.
Pada foto profil ini responden tidak merasa perlu untuk menunjukkan wajahnya, tetapi memilih menunjukkan asosiasi lain dari identitas dirinya. Pada gambar yang menunjukkan karya personal, responden mengemukakan keahlian dan profesi. Pada gambar yang menunjukkan logo, responden telah membentuk personal brand secara jelas. Dalam konteks pembentukan personal brand, responden yang menunjukkan foto profil yang menunjukkan keahlian merupakan responden yang secara sadar memanfaatkan media sosial untuk membentuk dan memperkuat personal brand berdasarkan profesi dan keahliannya.
Dampak positif bagi pembentukan dan penguatan personal brand dirasakan oleh responden antara lain karena foto profil yang menampilkan citra diri yang baik dan sesuai dengan yang ingin disampaikan oleh responden. Karena foto profil tidak dapat menampilkan karya dan keahlian responden secara informatif, foto profil lebih berfungsi sebagai identitas.
Karya responden lebih banyak ditampilkan melalui posting pada media jejaring sosial tersebut. Foto profil menjadi pendukung dan penguat citra diri dan personal brand yang ingin ditampilkan oleh responden dalam pemahaman bahwa personal brand tersebut mendukung status dan kepercayaan sosial terhadap diri responden.
Dengan menggunakan foto profil yang sama di berbagai media sosial, ataupun menggunakan foto profil yang relatif berbeda tetapi memiliki benang merah karakteristik yang mewakilinya, responden telah menentukan positioning, differentiation, branding (PDB) sehingga menjadi kesatuan yang saling mendukung personal brand seseorang.
Setelah PDB dibentuk, kemudian dicitrakan melalui beberapa media sosial. Media sosial yang digunakan dapat difokuskan pada salah satu atau menggunakan berbagai media sosial, sesuai dengan fungsi dan positioning yang ditetapkan.
Dalam model POCI (Passion – Objective – Consistency – Integrated Media), peran media yang terintegrasi dalam membangun personal branding adalah sangat penting. Implementasi model tersebut dalam studi kasus terbatas ini, yaitu pada mahasiswa dan alumni Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Trisakti adalah foto profil yang menunjukkan minat atau keahlian dan citra diri yang dibentuk dan tercermin dari foto profil dan hasil kuesioner secara konsisten pada berbagai media jejaring sosial akan memberi penguatan terhadap personal branding responden.
Kesimpulan:
Foto profil yang menampilkan karya individu seperti self logo, logo usaha, karya ilustrasi, tokoh animasi, merupakan foto profil yang paling jelas mengkomunikasikan profesi dan keahlian individu. Responden tersebut telah memiliki personal brand yang kuat dan kesadaran tinggi untuk memanfaatkan media jejaring sosial sebagai penguatan personal brand miliknya. Selain itu foto profil yang menampilkan kegiatan dan aktivitas individu dapat mengkomunikasikan perilaku dan aktivitas yang sering dilakukan oleh individu, sehingga objek foto demikian juga dapat berfungsi sebagai penguat personal brand.
Personal brand lebih kuat ditampilkan oleh responden yang menggunakan foto profil karya individu secara sinergi pada berbagai media jejaring sosial yang digunakannya. Setelah personal brand terbentuk, selanjutnya personal brand perlu dikomunikasikan melalui media-media tertentu, di antaranya media jejaring sosial.
Semakin banyak media jejaring sosial yang dimanfaatkan untuk mengkomunikasikan personal brand individu, maka pesan tentang personal brand akan semakin banyak diterima dan semakin dikenal oleh orang lain. Sebaliknya apabila personal brand yang terbentuk tidak dikomunikasikan secara sinergis pada berbagai media, maka pesan tentang personal brand tersebut kurang diterima oleh orang lain
Oleh karena itu, untuk meningkatkan pembentukan personal brand melalui media sosial dapat dilakukan dengan cara:
a) Menampilkan minat pada foto profil dengan menggunakan objek foto dan aktivitas sesuai minat tersebut.
b) Memiliki kesadaran akan citra diri individu.
c) Menampilkan secara konsisten dan berulang.
d) Menggunakan beragam media sosial sesuai dengan fungsi dan tujuannya.
Leave a Reply