Penyebab Stres Digital & Cara Detox Social Media
Dunia digital sudah menjadi bagian hidup kita dan sudah melekat dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari sarana untuk mencari hiburan, pembelajaran dan kegiatan profesional. Ditambah lagi, pandemi memaksa kita untuk melakukan kegiatan serba digital. Dari pagi hari sudah diawali menatap layar untuk online meeting atau online school kemudian di saat istirahat scrolling sosial media, berita atau e-commerce.
Dibalik kemudahan mengakses informasi ternyata dunia digital mempengaruhi kondisi psikologis. Stress digital, yup, ini adalah hal yang membuat kita stress karena kesibukan aktivitas kita di era digital saat ini. Lebih lengkapnya yok kita cek macam-macam stess digital.
Daftar Isi
Macam-Macam Stres Digital
1. Information overload
Setiap sehari selalu menerima notifikasi puluhan atau bahkan ratusan dari email atau sosial media. Banyak pesan yang diterima berarti banyak informasi yang perlu dicerna. Terlalu banyak informasi yang diterima otak akan mengalami kelelahan dalam mencerna informasi
Kemudahan dalam mengakses berbagai hal membuat orang mudah melakukan banyak kegiatan dalam waktu yang bersamaan atau disebut multitasking.
Niatnya melakukan dua hal dalam waktu bersama agar lebih efisien ternyata otak tidak mampu menerima informasi yang banyak secara bersamaan.
Terlalu banyak informasi maka mempengaruhi kapasitas otak untuk mencerna. Otak dapat mengalami kelelahan yang dapat menyebabkan individu merasa stres.
2. Anxiety Available
Informasi baru yang terus bertambah serta notifikasi yang muncul setiap saat membuat diri kita harus selalu siap sedia merespons. Hal ini menyebabkan adanya tuntutan dan tekanan untuk merespons pesan sesegera mungkin.
Orang cenderung akan mengecek notifikasi terbaru dan berusaha untuk segera membalas pesan. Kalau tidak bisa membalas pesan dengan cepat akan muncul perasaan gelisah. Kondisi seperti ini yang dapat memicu orang mengalami stress.
3. Fear of Missing Out (FOMO)
FOMO adalah singkatan dari Fear Of Missing Out, dalam bahasa Indonesia istilah ini biasa digunakan untuk menyebut pola perilaku seseorang yang selalu merasa khawatir berlebihan dan merasakan ketakutan akan tertinggal trend yang sedang berjalan.
Ciri-cirinya seperti adanya keinginan untuk tetap terkoneksi dengan apa yang orang lain lakukan.
Ditambah lagi dunia digital yang tidak berhenti dengan berita terbaru membuat orang ingin terus update dengan berita terkini.
Orang yang mengalami FOMO memiliki frekuensi tinggi dalam penggunaan media online.
Dia cenderung akan memegang gadget dan memeriksa sosial media saat beraktivitas seperti makan, kuliah, rapat dan lain-lain.
Hal ini akan mengganggu aktivitas sehari-hari dan menyebabkan kelelahan mental atau burnout.
Untuk pembahasan lengkap mengenai FOMO temen-temen bisa tonton video saya yang khusus membahas Sindrom FOMO, link nya ada di deskripsi..
4. Approval Anxiety
Sosial media menjadi wadah untuk berbagi foto, video dan tulisan pada orang lain. Seseorang akan mendapatkan like atau komen dari orang lain. Jumlah like atau komen menjadi sebagai bentuk apresiasi.
Buat seseorang yang haus akan validasi akan merasa cemas dan stres ketika tidak apresiasi yang diinginkan tidak sesuai dengan ekspektasi. Lalu mereka akan bertanya-tanya pada diri sendiri diri seperti “apa fotoku kurang bagus yah?” atau “orang-orang gak suka postinganku yah? hal-hal seperti ini yang akan membuat psikologis kita jadi terganggu yang akhirnya membuat kita stress.
Nah, untuk mengatasi stress digital ada beberapa cara yang bisa kita lakukan antara lain
1. Detoks sosial media
Detoks sosial media yaitu menghentikan penggunaan sosial media dalam waktu tertentu. Melakukan detoks sosial media mengurangi aktivitas untuk scrolling atau memberi komentar serta like.
Cara ini bisa mengurangi rasa ketergantungan dan kecanduan dalam menggunakan sosial media.
Untuk yang masih pemula bisa melakukan secara bertahap yaitu selama 7 hari kemudian beri waktu yang lebih lama. umumnya, detoks ini dilakukan selama 30 hari tetapi kalau ingin lebih juga bisa.
2. Work life balance
Urusan pekerjaan sering menggunakan whatsapp. Terkadang, banyak orang yang masih menghubungi rekan kerjanya diluar jam kantor.
Oleh karena itu, agar work-life balance terjaga, perlu mengatur waktu penggunaan media komunikasi dengan mematikan gadget atau notifikasi apabila jam kantor sudah selesai.
3. Selektif di Sosial Media
Perlu memilih akun siapa saja yang akan diikuti. Terlalu banyak mengikuti akun-akun di sosial media maka akan banyak menerima informasi. Pilihan yang bisa dilakukan yaitu unfollow atau hide akun-akun yang menurut kamu tidak relevan.
4. Tidak menggunakan gadget sebelum tidur
Menggunakan gadget akan mempengaruhi pada rutinitas tidur. Awalnya sudah terasa mengantuk namun tiba-tiba kantuk hilang karena keasikan scrolling sosial media.
lebih baik jika 15 – 30 menit sebelum sudah mematikan ponsel agar tidur lebih nyenyak dan nyaman.
5. Melakukan aktivitas lain
Kamu bisa melakukan kegiatan yang kamu suka atau hobi untuk menghindari penggunaan gadget yang berlebihan.
Misalnya olahraga, membaca buku atau bersih-bersih rumah. Melakukan aktivitas lain dapat mengimbangi penggunaan gadget yang berlebihan.
6. Membangun relasi yang bermakna
Digital membuat yang jauh menjadi dekat namun terkadang menjauhkan orang yang terdekat. Sering melihat orang-orang duduk bersamaan namun sibuk dengan gadget masing-masing.
Jika kamu mengalami situasi seperti ini masukan gadget-mu dan mulailah ngobrol, bercerita dan memberikan perhatian penuh kepada orang didekatmu.
Dunia digital memang sangat menarik. Berbagai informasi dan hiburan bisa diperoleh dengan mudah. Tapi perlu diingat bahwa semua hal yang berlebihan akan mempengaruhi kondisi psikologis.
Leave a Reply