Pengertian Ikigai dan Seni Memaknai Pekerjaan dengan Ikigai
Menurut Ken Mogi dalam bukunya The Book of Ikigai, istilah ikigai adalah suatu prinsip hidup yang sudah turun temurun dipraktikkan bangsa Jepang. Bangsa Jepang terkenal dengan kerja kerasnya. Tapi, kerja keras ini tidak semata-mata untuk mencari keuntungan, di balik kerja kerasnya, bangsa Jepang menganut nilai bahwa segala pekerjaan yang kita lakukan itu juga harus menyertakan passion dan kesenangan pribadi.
Ikigai sebetulnya tidak hanya diterapkan dalam konteks pekerjaan saja, tetapi juga pada kegiatan sehari-hari. Bahkan dalam bidang olahraga, seni atau yang lainnya, Tapi khusus untuk kali ini, kita akan membahas ikigai dalam konteks pekerjaan.
Daftar Isi
Ikigai tersusun dari lima pilar utama yang diuraikan sebagai berikut:
1. Memulai dari hal-hal kecil
Ken Mogi menyebut bahwa kodawari adalah falsafah hidup yang melatarbelakangi pilar pertama ikigai ini. Kodawari dalam bahasa Jepang berarti ‘etos kerja untuk mengembangkan sesuatu secara berkelanjutan dengan penuh ketekunan.’
Mungkin terdengar abstrak buat kita, untuk lebih jelasnya temen-temen bisa simak cerita yang akan saya sampaikan ini. Banyak dari kita pasti pernah menonton SpongeBob Squarepants, Kalau temen-temen pernah menonton pasti kenal dengan Tuan Krabs. Dalam perjalanannya mendirikan restoran, Tuan Krabs sempat berteman dengan Plankton. Mereka dulunya pemuda miskin yang selalu di-bully karena tidak punya uang untuk membeli burger. Sampai suatu ketika, Plankton dan Krabs memutuskan untuk mendirikan gerai burger bersama-sama.
Usaha mereka awalnya hanya berupa gerai burger sederhana dan tidak terlalu sukses karena harus bersaing dengan restoran lain yang lebih populer. Namun ketika usaha mereka berkembang, keduanya justru berpisah karena perbedaan prinsip. Plankton ingin menambahkan bumbu lain dalam resep burger mereka, sedangkan Krabs tidak setuju dengan hal itu. Mereka pun bertengkar dan akhirnya Plankton mendirikan restorannya sendiri. Krabs pun mengurus gerainya sendiri hingga akhirnya mendirikan Krusty Krab.
Yah, mungkin cerita ini hanyalah fiksi, tapi cerita ini memuat falsafah kodawari. Tuan Krabs tidak langsung sukses dalam bisnisnya, tapi dia memulai dari gerai sederhana yang sepi pengunjung. Dia juga harus merasakan di-bully, dikhianati sahabat sendiri, sampai akhirnya lewat etos kerja dan ketekunannya, dia bisa membangkitkan bisnisnya dan mendirikan restoran burger paling populer di Bikini Bottom.
Contoh lain di dunia nyata dari kodawari adalah perusahaan Apple yang didirikan oleh Steve Jobs. Kita tahu bahwa produk-produk Apple selalu menjunjung inovasi dan kreativitas, tapi di sisi lain, mereka juga menjaga kualitas produk mereka. Kodawari yang diterapkan Apple adalah terus memperbaiki diri selagi berproses, selalu mengikuti perkembangan zaman dan memahami kebutuhan konsumen.
Oleh karena itu, sampai sekarang belum ada perusahaan teknologi yang bisa menyaingi kualitas fitur-fitur produk Apple. Mungkin saja prinsip dari kodawari yang menyebabkan iPhone jarang drop dipasaran.
2. Membebaskan diri
Pilar kedua ikigai ini mengingatkan kembali dengan cerita SpongeBob. Kita pasti kenal dengan Squidward, Yup Squidward adalah perwujudan masa dewasa yang kelam. Squidward selalu bermimpi menjadi seorang seniman, namun karya seninya tidak pernah dihargai. Bekerja di Krusty Krab sebagai kasir pun dijalaninya untuk bertahan hidup. Itu pun dengan digaji seadanya oleh Tuan Krabs. Berbeda 180 derajat dengan SpongeBob. Sekalipun bekerja sebagai koki, SpongeBob masih suka bersenang-senang dengan Patrick, contohnya meniup gelembung, menangkap ubur-ubur, atau sekedar main-main dengan kotak bekas.
Singkatnya, SpongeBob adalah perwujudan pilar kedua ikigai, yaitu membebaskan diri untuk merasakan hal-hal yang membuatnya senang. Berkebalikan dengan Squidward yang selalu mengeluh, tidak membiarkan dirinya merasakan kenikmatan hidup.
Nah, buat kita yang merasa burnout dengan pekerjaan, cobalah untuk berhenti sejenak dan menarik napas. Tidak ada salahnya kita untuk menghentikan pekerjaan untuk bermain-main.
3. Keselarasan dan kesinambungan
Poin ketiga ini dicontohkan dengan kartun Kung Fu Panda. Kartun ini adalah salah satu tontonan yang dapat diambil pelajaran untuk menerapkan pilar ketiga ikigai ini. Di salah satu adegan film kedua Kung Fu Panda, tokoh utama, yaitu Po, belajar mencari inner peace melalui latihan semadi bersama gurunya Master Shifu.
Awalnya, Po kesulitan menerapkan ajaran gurunya, karena baginya akan sulit sekali bersemadi kalau selalu terdistraksi oleh dunia luar. Singkat cerita, dia berhasil menemukan inner peace bukan melalui semadi, tapi melalui banyak aspek dalam hidupnya. Dia berdamai dengan trauma masa lalunya, membangun kembali koneksi dengan ayahnya, dan berlatih dengan tekun.
Sama halnya dengan perjalanan Po menemukan inner peace, pilar, keselarasan dan kesinambungan dalam ikigai adalah menikmati proses dalam mencapai sesuatu yang kita inginkan dan tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan.
Kita juga akan menemukan kemiripan pilar ketiga ini dengan prinsip slow living dalam lifestyle Barat yang sedang populer saat ini. Slow living sering kali diasosiasikan dengan hidup tradisional, meninggalkan teknologi, dan ‘menyepi’ ke daerah terpencil. Tapi sebetulnya, slow living juga bisa dilakukan dengan membiarkan diri beristirahat kalau memang diperlukan.
4. Kegembiraan dari hal-hal kecil
Contoh di sebuah program televisi Jepang bertajuk TV Champion yang dulu sempat populer di pertengahan 2000-an, pernah disiarkan sebuah lomba membuat sushi. Juara lomba ini adalah seorang pembuat sushi yang merupakan pemilik kedai kecil sederhana. Ia meneruskan usaha kedai sushi dari keluarganya, yang secara turun temurun mewariskan pula teknik membuat sushi secara tradisional. Tapi ketika ditanya, kenapa dia tidak membuat sushi secara modern, Dia hanya menjawab, “Karena membuat sushi dengan cara tradisional membuat saya menghargai prosesnya. Saya menikmati sensasi kepuasan yang saya dapatkan setelah sushi tersebut disajikan kepada pelanggan. Ketika mereka memakannya dan tersenyum, bagi mereka sushi buatan saya mengingatkan mereka dengan masa kecil.”
Pilar keempat ikigai ini menggarisbawahi pentingnya kita untuk menikmati hal-hal kecil yang terjadi dalam proses kita melakukan sesuatu. Bagi sang juara TV Champion ini, hal-hal kecil yang mereka temui dalam pekerjaan mungkin berbeda, tetapi inti kesenangannya tetap sama yaitu mereka senang apabila orang lain senang akan keberadaan mereka, meskipun mereka hanya menjual makanan atau membuat sushi.
5. Hadir di tempat dan waktu sekarang
Mindfulness dan pilar kelima ikigai ini sangat berkaitan erat, bahkan bisa jadi sangat mirip. Intinya, dalam melakukan pekerjaan atau kegiatan sehari-hari, usahakan kita fokus pada apa yang kita lakukan. Sering kali kasusnya adalah kalau kita sudah ber-asumsi duluan bahwa pekerjaan kita jelek, tidak akan dihargai orang kita akan terpaku pada pikiran-pikiran itu dan susah fokus.
Prinsip ikigai berpatokan pada etos kerja dan ketekunan, menurut pilar kelima ikigai ini, menjadi mindful terhadap pekerjaan penting untuk membangun sense terhadap kenyataan yang terjadi pada diri kita. Kalau kita capek, ya kita harus istirahat. Jangan sampai gara-gara kurang istirahat, pekerjaan kita jadi terhambat.
Itulah teman-teman sekilas mengenai ikigai. Apakah di antara kalian sudah ada yang mempraktikkannya? Kalau belum, bukan berarti terlambat untuk memulainya. Coba kita renungkan bersama-sama lima pertanyaan ini:
- Selain soal uang, apa saja 3 hal yang membuat kita ingin menjalani pekerjaan kita saat ini?
- Apa saja hal-hal menyenangkan yang kita dapatkan dari pekerjaan kita saat ini?
- Jika kita diminta mengerjakan sesuatu yang berat sesuai dengan keahlian kita, bagaimana kita memandangnya?
- Jika kita harus berhenti dari pekerjaan kita, apa yang membuat kita merasa kehilangan selain uang?
- Bayangkan diri kita 10 tahun ke depan. Jika kita masih akan melakukan pekerjaan yang sama, apakah kita akan tetap menyukai pekerjaan kita? Dan kenapa?
Coba temen-temen jawab lima pertanyaan tadi, lalu cocokkan dengan esensi lima pilar ikigai. Kalau temen-temen belum bisa menjawab seluruhnya, tidak apa-apa. Refleksi-kan saja diri temen-temen termasuk kegiatan sehari-hari yang butuh proses. Jadi, selamat ber-refleksi diri untuk mencapai ikigai!
Leave a Reply