Sejarah Fotografi yang Jarang Diketahui Oleh Orang
Daftar Isi
Sejarah Fotografi yang Jarang Diketahui Oleh Orang
Fotografi (dari bahasa Inggris: photography, yang berasal dari kata dalam bahasa Yunani yaitu “Photos”: cahaya dan “Grafo”: Melukis) adalah proses melukis dengan menggunakan media cahaya. Menjadi istilah umum, fotografi adalah proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu objek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai objek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat atau perangkat paling populer untuk menangkap cahaya tersebut yaitu kamera. Tanpa cahaya, tidak ada foto yang bisa dibuat.
Fotografi merupakan suatu proses untuk mendapatkan representasi yang akurat (benar dan tepat) dari objek dengan menggunakan reaksi kimia antara sinar serta berbagai macam energi yang memancar pada permukaan yang sudah dipersiapkan secara kimiawi. Sebagai alat rekam, fotografi mampu merekam objek nyata menjadi gambar yang sangat mirip dengan aslinya.
Penemuan revolusioner ini sempat mengundang kecemburuan para pelukis di zaman tersebut. Dengan ditemukannya fotografi seolah-olah mengancam kehidupan para pelukis realis dan naturalis yang memiliki tujuan sama, yaitu representasi realistis dari kehidupan sehari-hari. Bahkan seorang pelukis bernama Paul Delaroche mengatakan ”from today, painting is dead”. Pernyataan tersebut merupakan sebuah pukulan yang cukup telak karena obyektivitas merupakan cita-cita dan pertumbuhan teknologi fotografi memang menjadi sebuah mesin objektif yang berhasil menggantikan tugas mata serta tangan manusia dalam hal presisi visual.
Saat ini fotografi telah menjadi sarana komunikasi yang kuat dan mode ekspresi visual yang menyentuh kehidupan manusia dalam banyak hal. Fotografi sendiri menjadi populer sebagai sarana untuk mengabadikan kenangan. Foto juga bisa menjadi benda seni yang mengeksplorasi kondisi manusia dan memberikan kesenangan estetika. Bagi sebagian orang, fotografi adalah hobi yang memuaskan atau juga karier yang memuaskan.
Apa prinsip Fotografi itu?
Prinsip fotografi adalah memfokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan cahaya sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat menghasilkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan (selanjutnya disebut “Lensa”).
Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat untuk menghasilkan gambar atau foto, digunakan bantuan alat ukur berupa lightmeter. Setelah mendapat ukuran pencahayaan yang tepat, seorang fotografer bisa mengatur intensitas cahaya tersebut dengan mengubah kombinasi ISO atau ASA, Aparture, dan Shutter Speed. Kombinasi antara ISO, Aparture dan Shutter Speed disebut sebagai “Exposure” atau dikenal juga dengan sebutan “Segitiga Exposure”.
Munculnya Fotografi
Munculnya fotografi tidak ditemukan begitu saja namun sudah mengalami fase perintisan yang cukup panjang oleh para tokoh-tokoh perintisnya. Prinsip awal fotografi telah dikenal sejak abad ke 5 SM oleh ilmuwan Cina bernama Mo Ti yang menyebutkan bila seberkas cahaya yang memancar dari suatu benda diloloskan melalui sebuah lubang kecil ke dalam sebuah ruangan yang gelap, maka bayangan benda tadi akan diproyeksikan sesuai dengan bentuk aslinya secara terbalik.
Tokoh-tokoh yang mempelopori lahirnya fotografi yang secara fenomenal telah memulai dengan berbagai jenis eksperimen, yaitu : Thomas Wedgwood di tahun 1802 dengan penemuannya dari hasil percobaannya yang berhasil membuat copy sebuah objek di atas kertas atau kulit berwarna putih yang sudah dilapisi silver nitrate atau silver chloride, yang mulai berhasil merekam citra secara fotografis. Percobaan Wedgwood ini menghasilkan citra primitif bayangan berbagai obyek. Tetapi ternyata citra ini terus menggelap sampai tak ada lagi yang bisa dilihat. Dengan lain kata, Wedgwood tak berhasil mewujudkan citra fotografis.
Kehadiran fotografi pada masa lalu menimbulkan pro dan kontra di kalangan seniman karena fotografi lahir sebagai alat rekam yang dapat merekam obyek nyata menjadi gambar yang sangat mirip dengan aslinya. Penemuan revolusioner tersebut sempat mengundang kecemburuan di kalangan pelukis pada masa tersebut. Perjuangan para praktisi foto sangat berat pada masa era Victorian, ketika sejarah awal fotografi baru saja di mulai sekitar awal tahun 1830-an banyak para fotografer menganggap fotografi sebagai bentuk seni yang baru sebuah bentuk lain dari lukisan.
Seperti apa yang diproklamirkan oleh Peter Henri Emerson bahwa seni foto yang sesungguhnya hanya bisa dicapai bila potensi kamera yang sesungguhnya dikembangkan, bukan sebagai imitator lukisan namun potensi tersebut adalah kemampuan merekam realitas apa adanya, tidak sempurna tetapi riil.
Dari perjuangan yang dilakukan oleh banyak seniman foto pada masa tersebut, lambat laun fotografi mulai diterima keberadaannya baik oleh para seniman maupun masyarakat sebagai salah satu cabang seni yang baru dimana fotografi memiliki daya cipta yang sungguh mengagumkan dan penuh rangsangan.
Perkembangan Fotografi
Perkembangan fotografi selalu mengikuti kemajuan jaman dan teknologi, mulai dari awal ditemukan kamera obscura hingga menjadi kamera digital dengan berbagai keunggulan dan mulai dari film seluloid biasa hingga film negatif inframerah. Hal tersebut menyatakan bahwa fotografi selalu mengikuti perkembangan teknologi dalam waktu yang relatif cepat dan berkembang sebagai dunia teknologi tersendiri.
Fotografi berkembang sebagai dunia teknologi tersendiri dan teknologi fotografi telah mengubah wajah dunia menjadi dunia gambar. Pada awal mula lahirnya fotografi pada masa tersebut dengan ditemukannya sebuah kamera yang sangat sederhana yaitu camera obscura dan berkembang seiring berjalannya waktu hingga sampai ke era kamera digital yang segala sesuatunya serba canggih.
Berbagai macam kamera dengan bentuk yang bervariasi dapat kita temukan disekitar kita.Tetapi apapun kameranya yang digunakan untuk memotret baik analog maupun digital pada prinsipnya sama yaitu merekam sebuah imaji yang dihasilkan melalui lensa.
Kepesatan perkembangan fotografi di dunia, tidak dapat dipungkiri kalau fotografi sudah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Berbagai macam objek baik mahluk hidup maupun benda mati menjadi suatu hal yang menarik untuk diabadikan dalam media fotografi mulai dari foto jurnalistik, foto dokumenter sampai ke fotografi sebagai media ekspresi seni.
Fotografi merupakan sebuah petualangan dimana kita dapat melakukan eksperimen dan mencoba hal-hal yang baru. Seorang fotografer harus dapat melihat dan ikut merasakan suasana sekelilingnya, melihat benda-benda tidak hanya dalam kegunaan dan arti sehariharinya melainkan juga dalam aspek visualnya yang murni dengan kematangan komposisi dan pemahaman mengenai elemen-elemen visual dalam arti lain seorang fotografer dituntut untuk mengerti tentang insting, rasa dan preferensi estetis.
Maka dalam mengantisipasi ke depan mengenai ide-ide baru yang muncul dengan memantapkan diri mengikuti kata hati untuk memiliki sikap dan mental yang kuat dalam menentukan sebuah gambar yang akan ditampilkan. Tentunya dalam penciptaan fotografi untuk menghindari atau memperkecil hambatan harus bekerja cepat dan sadar sepenuhnya atau kehilangan kesempatan. Dalam penciptaan fotografi seni harus „membekukan‟ apa yang dilihat dengan emosi sehingga foto yang dihasilkan tidak semata-mata rekaman pemandangan biasa.
Fotografi memang suatu media yang “ menggiurkan “, melalui gambar dan teknik-tekniknya dapat menjadikan sebuah imaji baru dan dapat sebagai suatu ungkapan emosi dalam berkarya seni. Fotografi merupakan suatu wahana eskpresi dalam seni karena dapat sebagai wujud emosi maupun refleksi sebenarnya. Fotografi dapat sebagi suatu rekaman visual yang menceritakan atau mengekspresikan mengenai suatu daya tarik, keunikan, keindahan dan semangat yang diambil dari sudut pandang yang mengesankan.
Leave a Reply