Darimana Untung Tokopedia dan Bukalapak?
Banyak pertanyaan yang muncul, mengapa di tokpedia dan bukalapak ini dan itu gratis. Jawabannya karena tokopedia dan bukalapak mendapat pendanaan dari VC atau investor sehingga kita bis terus menikmati fitur gratis dari mereka.
Meskipun kita semua tahu bahwa mereka mendapat uang dari investor, tapi pertanyaannya adalah bagaiamana mereka mendapat untung(profit) kalau bisnisnya selalu gratis, Apakah investor mau dan rela memberikan uang terus-terusan.
Daftar Isi
Jadi bagaimana caranya tokopedia/bukalapak meraih keuntungan?
Hal pertaman yang perlu di ingat adalah bahwa sampai sekarang tokopedia/bukalapak BELUM mendapat keuntungan sama sekali (defisit), artinya dari segi bisnis mereka belum bisa dikatakan berhasil karena tidak ada profitnya.
Namun mengapa mereka mau terus menjalankan bisnis ini kalau tidak ada untungnya? Jawabnya adalah untuk memonopoli atau mengusai sistem perdagangan online di masa depan. Mungkin terdengar jahat/negatif jika dibilang monopoli. Lebih tepatnya mereka ingin menjadi no. 1 di industri ini (e-commerce) sehingga nantinya semua orang akan menjadikan platform ini sebagai base/default untuk semua transaksi jual-beli online.
Disaat mereka menjadi no. 1 inilah baru mereka akan mulai mencari keuntungan/profit sebanyak-banyaknya. Begitu sebuah bisnis sudah menguasai pasar, maka profit hanyalah angka yang mudah dimainkan.
Contoh sederhana, Anda pasti tahu beberapa bulan yang lalu ada kenaikan biaya administrasi dan jumlah saldo mengendap oleh sebuah bank no. 1 di negeri ini, jadi secara langsung saldo nasabah berkurang kira-kira sebesar Rp 50.000,- dan biaya administrasi naik dari Rp 13.000,-/bulan menjadi Rp 17.000,-/bulan. Bayangkan jika jumlah pemilik rekening bank tersebut ada 10 juta nasabah, berapa banyak profit yang dihasilkan (well, you do the math).
Apakah para pemilik rekening akan berhenti menggunakan bank tersebut dan pindah menggunakan rekening bank lain? Tidak. Mengapa? Karena penggunanya sudah banyak, ATM-nya tersebar dimana-mana dan hampir semua sistem transaksi sudah terintegrasi dengan bank tersebut. Secara tidak langsung mereka sudah memonopoli/mengusai pasar Indonesia.
Lalu bagaimana dengan tokopedia dan bukalapak?
Siapa yang tahu seperti apa nantinya? Namun beberapa cara yang mereka lakukan untuk meraih keuntungan sudah dilakukan sejak lama seperti tokopedia yang menawarkan fitur gold merchant dan TopAds. Asal tahu saja biaya gold merchant tokopedia untuk 1 tahun adalah Rp 1.200.000,- (sekitar Rp 100.000,-/bulan) lebih mahal dari biaya membuat website setahun (tergantung jenis hostingnya). Bukalapak juga mencari keuntungan melalui iklan dan fitur Push/promote to top.
Namun jelas penghasilan tersebut tidak membuat mereka menjadi profitable, dalam tahap ini mereka masih terus mencari pendanaan sampai akhirnya IPO (masuk ke bursa saham), Itulah Goal mereka Masuk ke Bursa Saham. Sebuah bisnis harus menghasilkan uang dan mendapatkan keuntungan yang REAL. Disini kita hanya bisa menerka-nerka saja, mungkin setelah mereka menguasai pasar dan menjadi no. 1 mereka akan mulai mencari profit misalnya dengan iklan (display ads), atau mengenakan biaya transaksi escrow/rekber sebesar …% dari pembelian dan sebagainya.
Atau mungkin saja dengan sistem yang sekarang (gold merchant/iklan) mereka sudah bisa untung karena nantinya mereka tidak perlu lagi mengeluarkan biaya marketing seperti sekarang sebab semua orang sudah menggunakan platform mereka (menguasai industri).
Apakah tokopedia dan bukalapak pasti sukses (untung) nantinya?
Walaupun banyak media menggembar-gemborkan kesuksesan tokopedia dan bukalapak, apakah di masa depan mereka pasti sukses? Tidak ada yang tahu.
Sama seperti kasus go-jek, grab bike, dan uber. Apakah mereka bisa untung nantinya (apa yang kita lihat sampai sekarang mereka ini hanya membuang-buang uang)? Who knows?
Loyalitas user di Indonesia masih perlu dipertanyakan. Mereka mudah sekali berpindah platform/layanan jika layanan lain menawarkan dengan harga yang lebih murah. Artinya bisnis ini hanya akan terus-terusan berperang promosi dan mereka yang memiliki dana terbanyaklah yang akan menang. Pada akhirnya hanya konsumen yang untung, namun bisnis itu sendiri tidak.
Bayangkan apakah sehat membuat bisnis marketplace dimana pengguna bisa menggunakan layanan dengan gratis (tanpa biaya rekber), diberi diskon & cashback, gratis pengiriman, dan promo-promo bakar uang lainnya?
Bagaimana jika dana mereka sudah habis, lalu muncul pemain baru dengan dana besar dan konsep serupa menawarkan harga/promosi yang lebih murah? Siapa yang tahu bagaimana nasib mereka nantinya? Apakah mereka akan menguasai pasar atau justru semua yang sudah mereka lakukan akan sia-sia begitu saja.
Jadi bagaimana nantinya tokopedia dan bukalapak akan meraih keuntungan?
Tidak ada yang tahu karena memang tidak ada tanda-tanda niat kedua bisnis tersebut mencari profit, mereka lebih mengincar customer dan pasar ketimbang profit, sehingga bisnis ini akan terus mencari pendanaan sampai betul-betul menguasai pasar Indonesia.
Beberapa prediksi yang akan mereka lakukan jika akhirnya mereka berhasil menguasai pasar Indonesia adalah:
- Mengenakan komisi …% untuk setiap transaksi
- Memasang iklan display atau jenis iklan lainnya
- Menekan biaya marketing karena sudah menguasai marketplace/e-commerce dalam negeri sehingga tinggal mengurus operasional. Jika sudah menguasai pasar, maka user yang rela mengeluarkan biaya untuk fitur premium (gold merchant/promote ads) pasti akan semakin banyak.
- Dan lain-lain (Anda tebak sendiri)
Monetize adalah hal yang sangat mudah jika mereka sudah menguasai pasar. Jadi tujuan mereka sekarang bukanlah profit melainkan menjadi yang nomor 1.
Comments (4)
This is a question that I have wait for a long time to find out the answer, I am very satisfied with the answer on your article, You are very amazing sir, thank u very much
This is a question that I have wait for a long time to find out the answer, I am very satisfied with the answer on your article, You are very amazing sir, thank u very much
Saya lebih yakin kalau saat ini walaupun ada current income bahkan potential reccuring income belum menjadikan online MP mendapatkan profit yang signifikan sebagai RoI dari berbagai seri investasi yang sudah masuk.
Saya lebih yakin nantinya reccuring profit buat para online MP dapat diraih setelah seleksi alam yang contohnya bisa kita lihat dari hasil pertarungan bisnis e-wallet dan transportasi. Sampai saat ini volume transaksi e-wallet masih dipegang GoPay dan OvO. Dan kita bisa lihat bagaimana mereka dengan mudahnya mengalahkan para pesaing di bisnis ini karena mereka punya sumber daya ‘GRATIS atau bebas biaya’ dalam mempromosikan bahkan memproses pengisian. Alhasil, diluar keduanya hanya bergantung pada sisa merchant yang belum tergantung pada efektifitas DUA monster e-wallet indonesia.
Online MP akan menghasilkan siapa yang yang menjadi SUPER inferior (bukan cuma inferior) dan menjadi first preferance dan menciptakan situasi ‘MAINLY available (ingat ada KPPU makanya kalimatnya mainly available). Dan saat ini terjadi commisioning fee minimal 15% dari tiap nominal transaksi akan terjadi spt di Go dan Grab Food, kita tinggal tunggu saja siapa yang akan menjadi SUPER inferior disini.
Setelah muncul SUPER inferior maka saya akan menantikan siapa yang akan di beli atau membeli antara Online MP di Indonesia dengan MONSTER e-wallet di indonesia yang ekosistemnya sudah sangat sangat sangat BERGANTUNG pada kepiawaian DUO MOSTER e-wallet ini dalam hal marketing promosi dan jaringan. Atau bahkan kita bisa melihat REKONSILIASI pada akhirnya sehingga dengan jelas kita bisa melihat ternyata para investor di semuanya ini 70% di jalankan atau di domninasi oleh DIA LAGI … DIA LAGI …
Dan mulailah era expansi masif ke seluruh sektor bahkan mungkin untuk beli OBAT SAKIT PERUT ketergantungan kita kepada MEREKA akan sangat terasa.
Menurut sy dana rekening yg tertahan dlm sebulan di rek mereka bisa menghadilkan duit, menurut detik.com perputaran uang di ecomerce menc lbh 200trilyun, tertahan aja sebulan 1trilyun..x ?% = berapa hayoo, dpt sebulanny dr bunga bank